Jumat, 11 September 2009

Ironi "Sang Dewa" Diego Armando Maradona

adhiesherano.com
Kamis pagi 10 September 2009 tepat pukul 10.00 WIB dalam perjalanan dinas Jakarta-Tangerang..lututku terasa lemas sekali setelah membuka situs wap.livescore.com via handphone... tertera hasil pertandingan Paraguay VS Argentina : 1-0...
Dua kali berturut-turut tim asuhan Maradona ini menelan kekalahan beruntun setelah dua hari sebelumnya "dihabisi" Tim Samba Brasil 3-1 di kandang sendiri, tepatnya di kota Rosario, tempat dimana si "Anak Ajaib" Lionel Messi dilahirkan dan pertama kali "jatuh cinta" pada sepak bola.
Tiba-tiba saja hari Kamis itu terasa berat untuk dijalani...semangat kerja langsung menghilang..satu-satunya hal yang ada dalam pikiranku adalah sebuah imagi membayangkan Piala Dunia 2010 tanpa Argentina...tanpa Lionel Messi...it's totally NIGHTMARE....!!!

Sepakbola juga adalah tentang sebuah ironi, seperti halnya hidup itu sendiri...ironi antara kejayaan dan kegagalan, antara air mata kebahagiaan dan air mata penderitaan. Ya...Kamis itu aku "menangis" didalam hati karena akhirnya ironi itu juga mulai menghampiri seorang legenda besar, seseorang yang bahkan oleh mayoritas rakyat Argentina...dianggap sebagai manusia yang disetarakan dengan dewa...seorang manusia bernama Diego Armando Maradona.
Aku "jatuh cinta" padanya sejak pertama kali aku melihatnya menggiring bola sambil melewati lima pemain Inggris dari garis tengah lapangan sampai memperdayai Peter Shilton kiper terbaik Inggris saat itu, di pertandingan yang sama pula ia membuat gol kontroversial yang ia sebut sebagai gol "Tangan Tuhan"...itulah ironi Piala Dunia Mexico 1986. Waktu itu aku masih seorang bocah berusia tujuh tahun...ia menyihirku dengan daya magisnya yang luar biasa...ia telah menjadi "Sang Dewa" bagiku sejak saat itu...bahkan jujur sampai detik ini pun daya magisnya masih melekat kuat di dalam memoriku.

Ketika aku mulai percaya bahwa sampai akhir hayatku...tidak akan pernah lagi lahir seorang Maradona...aku melihat dengan mata kepala sendiri seorang bocah bernama Lionel Messi melewati lima pemain Getafe pada ajang Piala Raja, April 2007. Sebuah kemampuan driblling bola dengan akurasi sempurna dan kecepatan yang luar biasa...dari sudut yang sama ketika Maradona melakukannya yaitu dari sisi kiri pertahanan lawan...Apakah telah lahir Maradona baru..?? Bahkan Maradona sendiri mengatakan bahwa Messi memiliki kemampuan yang lebih hebat dari dirinya...itu dikatakan sendiri olehnya ketika menyaksikan Messi menciptakan hattrick ke gawang Atletico Madrid di stadion Vicente del Caderon.

Jika memang benar Maradona baru telah dilahirkan, maka sudah layak dan sepantasnya jika Argentina yang saat ini diperkuat oleh dua maestro tersebut baik sebagai pelatih maupun pemain akan mencapai kejayaan tertinggi sepakbola dunia. Tetapi apa yang terjadi saat ini adalah sebuah ironi...mereka bahkan terancam tidak lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan...

Hidup dan karier Maradona adalah contoh sebuah ironi yang sangat sempurna. Sempurna karena di masing-masing dua titik ironi tersebut, ia telah mengalami titik yang paling ekstrem di masing-masing titik tersebut.
Ironi itu bahkan sudah ada sejak ia berusia dini...dari seorang anak yang hidup dilingkungan kumuh di kawasan La Boca, pinggiran kota Buenos Aires, tumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis hingga menjadi seorang jutawan yang sangat kaya.

Ironi...ketika ia mengecewakan publik sepakbola dunia dengan gol "Tangan Tuhan"nya tetapi disaat yang bersamaan dipuja publik sepakbola dunia lewat aksi briliannya melewati lima pemain Inggris di Piala Dunia 1986.

Ironi...ketika dengan air mata kebahagiaan ia mencium dan memeluk erat Piala Dunia 1986 dan empat tahun kemudian ia menangis tersedu-sedu...membasahi kaus tim kebanggaannya Timnas Argentina dengan air mata kepedihan yang sangat mendalam ketika dikalahkan Jerman di Final Piala Dunia 1990.

Ironi...ketika ia menciptakan gol spektakuler dari tendangan jarak jauh di usia senjanya sebagai pemain melawan Yunani pada Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat...dan sesaat setelah itu ia diskorsing dari Piala Dunia karena terbukti menggunakan doping.

Ironi...ketika ia hampir meninggal karena overdosis narkoba...tidak ada satupun rumah sakit yang mau merawatnya di Argentina...justru karena ia sangat dicintai di tanah kelahirannya sehingga semua rumah sakit takut dipersalahkan oleh seluruh negeri jika Maradona sampai meninggal disana, karena dianggap tidak becus merawatnya.

Ironi...bahkan ketika hidup pribadi dan rumah tangganya hancur berantakan akibat kecanduan narkoba...gambar dan patung dirinya masih memenuhi sudut-sudut kota Buenos Aires...bahkan di salah satu Gereja...patungnya dengan celana pendek sambil menggiring bola dibuat sejajar dengan patung Bunda Maria.

Dan adalah juga sebuah ironi...ketika ia telah mampu berjuang untuk bangkit dari keterpurukan hidup pribadi dan keluarganya...bahagia dengan kelahiran cucu pertamanya...mencapai puncak karier sebagai pelatih Tim Nasional Argentina yang diperkuat oleh pemain-pemain terbaik dunia di semua lini...ia justru berada di ambang kegagalan membawa negaranya lolos ke Piala Dunia 2010. Raut mukanya yang sangat menyedihkan ditampilkan KOMPAS edisi Jumat,11 September 2009 halaman 37...

Satu hal yang pasti...kesempatan untuk membawa negaranya lolos ke Piala Dunia masih terbuka...walaupun terasa berat karena persaingan yang sangat ketat dengan Ekuador, Uruguay dan Venezuela dalam memperebutkan posisi ke empat agar lolos otomatis ke Piala Dunia maupun memperebutkan posisi ke lima untuk play off melawan tim peringkat keempat Zona CONCACAF. Semuanya akan ditentukan saat menjamu Peru (10 Oktober)...aku berharap sekali kemenangan telak akan menjadi kado ulang tahunku...dan bertandang ke Uruguay (13 Oktober) yang akan datang.

Aku hanya bisa berdoa dan berharap...semoga di hari-hari bersejarah tersebut...sebuah ironi kembali terjadi...sebuah ironi dimana ketika ia sudah dianggap gagal sebagai pelatih...ia masih mampu meloloskan Argentina ke putaran final Piala Dunia...sebuah ironi ketika "Tangan Tuhan" kembali berperan serta dalam meloloskan Argentina dari lubang jarum dan membebaskan Maradona dari titik ironi paling ekstrem yang akan dialaminya jika ia gagal.
Semoga....

Cari Blog Ini